SEJARAH KERAJAAN DI TATAR SUNDA
SEJARAH KERAJAAN SALAKA NAGARA
Kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda merujuk kepada kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Tanah Sunda (wilayah
bagian barat pulau Jawa) pada masa lalu sebelum berdirinya Republik
Indonesia pada tahun 1945. Kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda terdiri
dari:
2. Tarumanagara (beribukota di Chandrabhaga/Bekasi & Sundapura)
3. Kerajaan Sunda (disebut juga Sunda-Galuh, berikbukota di Pakuan Pajajaran; Saunggalah dan Kawali)
5. Menurut
naskah “Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara”, kerajaan di pulau Jawa
adalah Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada
tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya
berada di Teluk Lada, kota Pandeglang,
kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda
merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya
pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan
bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak
sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain
lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama.
6. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat Iabadiou yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara.
7. Suatu
laporan dari Cina pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau,
meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau
ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai
Javadwipa dan Tiao-pien merujuk kepada Dewawarman.
8. Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh kerajaan Tarumanagara.
Salakanagara,
sebagaimana diuraikan dalam buku “Sejarah Banten; dari masa Nirleka,
hingga akhir masa kejayaan Kesultanan Banten”, yang disusun oleh Drs.
Yoseph Iskandar dkk, merupakan kerajaan tertua di Nusantara, atau
setidak-tidaknya di Jawa bagian barat. Kerajaan tersebut didirikan oleh
Dewawarman dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura
Sagara, yang menggantikan mertuanya Aki Tirem pada tahun 130 M.
Kerajaan tersebut berdiri selama 233 tahun, hingga tahun 363 M dibawah
raja-raja keturunan Dewawarman. Konon, wangsa Dewawarman inilah yang
menurunkan raja-raja di Nusantara, khususnya di Jawa Kulon, Sumatra, Semenanjung dan Jawa Tengah.
Kerajaan
Salakanagara berada di pulau Panaitan dengan ibukota Rajatapura dan
memiliki wilayah kekuasaan meliputi Jawa Kulon, Selat Sunda dan Sumatra
bagian Selatan.
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang
disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta)
diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara).
Nama
ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar Banten memiliki
nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein
Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan
lain-lainnya. Banyak sudah temuan-temuan mereka disusun dalam
tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama
seperti John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar,
Claude Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah
wawasan mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan
karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Keturunan India
Pendiri
Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus
perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena
menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara
adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana,
Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai
didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga
dikuasai oleh kerajaan lain.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang.
Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya
menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama
Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua
pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak
ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika
Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130
Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara
(Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan
gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa
kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain
Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130
Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa
selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II
dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya
tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir
hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan
yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358
Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama
Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi
penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan
beragama sangat harmonis.
Sementara Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya.
Di
kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat
pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara
kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.
Tahun berkuasa
|
Nama raja
|
Julukan
|
Keterangan
|
130-168 M
|
DEWAWARMAN I
|
PRABU DARMALOKAPALA AJI RAKSA GAPURA SAGARA
|
Pedagang asal Bharata (India)
|
168-195 M
|
DEWAWARMAN II
|
PRABU DIGWIJAYAKASA DEWAWARMANPUTRA
|
Putera tertua Dewawarman I
|
195-238 M
|
DEWAWARMAN III
|
PRABU SINGASAGARA BIMAYASAWIRYA
|
Putera Dewawarman II
|
238-252 M
|
DEWAWARMAN IV
|
|
Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon
|
252-276 M
|
DEWAWARMAN V
|
|
MENANTU Dewawarman IV
|
195-238 M
|
DEWAWARMAN III
|
PRABU SINGASAGARA BIMAYASAWIRYA
|
|
276-289 M
|
MAHISASURAMARDINI WARMANDEWI
|
|
Puteri tertua Dewawarman IV & isteri Dewawarman V, karena Dewawarman V gugur melawan bajak laut,
|
289-308 M
|
DEWAWARMAN VI
|
SANG MOKTENG SAMUDERA
|
Putera tertua Dewawarman V
|
308-340 M
|
DEWAWARMAN VII
|
PRABU BIMA DIGWIJAYA SATYAGANAPATI
|
Putera tertua Dewawarman VI
|
340-348 M
|
SPHATIKARNAWA WARMANDEWI
|
|
Puteri sulung Dewawarman VII
|
348-362 M
|
DEWAWARMAN VIII
|
PRABU DARMAWIRYA DEWAWARMAN
|
Cucu Dewawarman VI yang menikahi Sphatikarnawa, raja terakhir Salakanagara
|
Mulai 362 M
|
DEWAWARMAN IX
|
|
Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara
|
^ *Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
KERAJAAN TARUMANAGARA
Tarumanagara
atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkasa diwilayah Jawa
bagian barat pada abad ke-4 hingga abah ke-7 Masehi, yang merupakan
salah satu kerajaan tertua diNusantara yang diketahui. Dalam catatan
kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Peta wilayah kekuasaan kerajaan Taumanagara